Untuk mendalami permasalahan Nirmana orang perlu mengenal Unsur-Unsurnya terlebih dahulu. Hal ini berdasar pada kenyataan bahwa Nirmana merupakan bahasa rupa, sedangkan unsur-unsur Nirmana dapat diperlakukan sebagai abjad atau huruf. Akan tetapi kaitan antar unsur Nirmana tidak sesederhana kaitan abjad dalam kata, karena pada umumnya unsur-unsur rupa saling kait-mengkait hingga sulit dipisahkan. Bahkan jika dipilah satu persatu akan tampak mujarad (Abstrak). Tetapi penampilan serempak dan kompak antar unsur tersebut dapat menentukan wajah dan isi sebuah karya Nirmana
Unsur-unsur dasar Nirmana penting sekali diketahui karena merupakan komponen 'bangunan' suatu struktur visual. Jika seseorang sedang menciptakan suatu bentuk, yakni bentuk Nirmana Dwimatra atau komposisi rupa-datar, maka sebenarnya dia tengah merangkai hubungan antar unsur datar. Unsur-unsur dasar tersebut pada intinya terdiri dari unsur terlihat dan unsur yang tidak terlihat tetapi dapat dirasakan
Berkaitan dengan pembagian unsur dasar Nirmana ini, Wucius Wong dalam buku Principles of Two-Dimensional Designs (1972) secara sistematis menggolongkan unsur-unsur dasar Nirmana Dwimatra itu menjadi empat kelompok berikut :
1. Unsur Konsep (Conceptual Element)
2. Unsur Rupa (Visual Element)
3. Unsur Hubungan (Relational Element)
4. Unsur Peranan atau Tujuan (Practical Element)
🔵 UNSUR KONSEP (Conceptual Element)
Yang disebut dengan Unsur Konsep adalah unsur dasar Nirmana Dwimatra yang sesungguhnya tidak benar-benar ada atau tidak benar-benar tampil, akan tetapi terkesan atau terasa adanya. Suatu misal kita sedang merasakan :
- Ada titik pada sudut sebuah garis zig-zag, pada persilangan garis, atau pada sudut sebuah raut (shape)
- Ada garis yang membatasi lingkar tepi atau keliling sebuat raut dalam sebuah objek dwimatra
- Ada bintang yang menutup atau membungkus sebuah raut atau objek dwimatra
- Ada kesan gempal (volume) yang menempati sebuah ruang dwimatra
Sebenarnya dalam kasus tersebut, titik, garis, bidang dan gempal sebagaimana terkesan adanya itu tidak benar-benar ada di tempat tersebut melainkan hanya hadir dalam konsepsi manusia semata
Unsur-unsur Konsep sering digunakan untuk menggambarkan transformasi genetik atau urutan pertumbuhan bentuk-bentuk dasar dalam Nirmana yang berawal dari sebuah titik. Konsep genetik dalam Nirmana ini selaras dengan pernyataan Paul Klee "Semua bentuk gambar bermula dari sebuah titik...Titik bergerak...maka terjadilah garis, itulah dimensi pertama". Jika garis bergeser akan terbentuk bidang yang kita dapatkan adalah bentuk dua dimensi. Bidang bergerak menjadi sebuah ruang, maka tumbukan-tumbukan bidang-bidang tersebut akan membentuk sosok, raga, atau fitur tiga dimensi. Ada sejumlah daya kinetik yang menggerakan titik menjadi garis, garis menjadi bidang dan bidang menjadi ruang
Berkaitan dengan hal tersebut, sebuah titik (point) secara konseptual menunjuk suatu posisi dalam ruang tetapi tidak memerlukan ruang, jadi tidak berdimensi (tidak mempunyai panjang, lebar, atau tinggi). Karena itu, titik bersifat statis, tidak memiliki arah dan terpusat
Titik ini ditingkatkan lagi menjadi garis (line) yang secara konseptual merupakan titik yang bergerak. Bekas gerakannnya membentuk sebuah garis. Ciri karakteristik garis konsep ini adalah ukuran panjang tanpa lebar atau tebal
Jika sebuah titik konsep bersifat statis, maka sebuah garis konsep dalam menggambarkan bekas titik yang bergerak mampu mengekspresikan arah, gerak, dan pertumbuhan
Garis ini ditingkatkan menjadi sebuah bidang (plane) yang secara konseptual merupakan bekas jalan yang dilalui sebuah garis yang bergeser menyamping atau bergeser bukan ke arah intrinsiknya. Bidang konsep ini mempunyai panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai ketinggian atau ketebalan. Bidang konsep ini juga mampu mengekspresikan arah, gerak dan pertumbuhan
Bidang ini di tingkatkan menjadi sebuah gempal (volume). Secara konseptual, gempal merupakan bentuk yang terjadi dari bekas jalan yang dilalui sebuah bidang yang bergeser bukan ke arah intrinsiknya. Gempal ini memiliki tiga dimensi karakteristik (panjang, lebar dan tinggi atau tebal). Secara konseptual gempal ini memerlukan tempat dalam ruang dan terbungkus oleh bidang
🔵 UNSUR RUPA ( Visual Element )
Dalam mewujudkan karya Visual Dwimatra, lazimnya kita menggunakan titik, garis, bidang dan gempal yang kelihatan (Visible) sebagai perwujudan titik, garis, bidang atau gempal yang tadinya konseptual. Oleh karena itu garis yang tampak tidak hanya mempunyai dimensi panjang, melainkan juga ketebalan. Rautnya juga menjadi tegas, warnanya di tentukan oleh bahan dan alat yang digunakan, sedangkan bariknya tergantung pada bagaimana alat dan bahan tadi digunakan. Dengan demikian unsur-unsur konsep titik, garis, bidang dan gempal yang ditampilkan secara nyata atau dijelmakan menjadi wujud terlihat, dengan kata lain unsur konsep telah berubah menjadi unsur rupa yang akan menampilkan Raut (Shape), Ukuran (Size), Barik (Texture) dan Warna (Colour)
🔷 RAUT (Shape)
Raut merupakan unsur rupa yang menandai penampilan wujud diri yang nyata suatu bentuk terlihat, apakah itu berupa geometris, segilima, segitiga, segiempat, elips, lingkaran atau bintang atau malah bentuk yang tidak beraturan, sembarang, acak, atau biomorfis
🔷 UKURAN (Size)
Ukuran merupakan besaran, luasan atau niai matra datar permukaan suau raut dalam perbandingannya dengan raut lain atau bidang yang melingkupinya. Jadi setiap raut pasti mempunyai ukuran, walaupun istilah ini menjadi nisbi jika persoalan besar atau kecil ini di perbincangkan, tetapi hal itu tetap dapat dinyatakan
🔷 BARIK (Texture)
Istilah barik atau texture digunakan untuk menyebut kesan raba atau karakter permukaan suatu raut atau suatu area, apakah polos atau bergoresan, kesat ataukah licin, halus atau kasar, rata ataukah berbenjolan. Barik ini di bedakan menjadi dua; 1. Barik Nyata (Actual Texture) yang sering disebut pula dengan Barik Raba (Tactile Texture) atau Barik Sesungguhnya (Virtual Texture), dan 2. Barik Semu (Simulated Texture)
1. Barik Nyata
Barik nyata digunakan untuk menyebut karakter permukaan raut atau bidang yang memliki nilai raba fisik yang menunjukan kualitas atau kondisi permukaan sebenarnya. Dengan demikian karakter permukaan jenis ini dapat di rasakan secara nyata melalui perabaan, misalnya adalah kasarnya sabut, ampelas, kain, dedaunan kering, kulit pohon, anyaman, atau halusnya permukaan plastik, mika atau kaca
2. Barik Semu
Istilah barik semu digunakan untuk menyebut kesan raba permukaan raut atau bidang yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Misalnya, kesan permukaan seolah-olah kasar, berserabut, bergoresan, bergelombang, atau bertonjolan, tetapi jika diraba maka sebenarnya halus atau rata. Kesan raba kasar, berserabut, bergoresan, bergelombang atau bertonjolan tersebut hadir dalam imajinasi visual
Barik semu dapat diwujudkan melalui beberapa tekhnik arsir, percikan, semprotan, pengecapan, coretan, olesan, foto dan lain-lain. Beberapa contoh barik semu berikut menghadirkan berbagai kesan karakter rupa yang berbeda
Eksploitasi barik nyata banyak dilakukan pematung dan arstitek untuk menguatkan intensitas garap suatu bagian permukaan karyanya terutama yang berkaitan dengan faktor refleksi cahaya pada permukaan tersebut
Barik nyata juga sering digunakan para pelukis. Vincent van Gogh pelukis Belanda terkenal misalnya, sering mengeksploitasi kualitas raba permukaan kanvasnya dengan material catnya. Di Indonesia juga terdapat banyak pelukis yang melakukan garap barik seperti itu. Almarhum pelukis Affandi menata kualitas tekstural lukisannya dengan plototan langsung tube cat dan torehan jari-jari tangan kirinya untuk menyempurnakan efek warna tekstural tersebut
Di awal abad ke-20 beberapa pelukis Kubisme mengembangkan tingkat apresiasi terhadap barik sebagai bagian utuh penampilan suatu bentuk. Georges Braque misalnya, menaburkan pasir untuk memperkuat intensitas tekstural lukisannya. Pablo Picasso dan Juan Gris banyak mengeksplorasi fungsi Piktorial Barik melalui tekhnik tempel kertas (Papier Colle), yaitu penempelan sobekan-sobekan kertas majalah atau koran ke atas permukaan bidang karya yang menampilkan sekaligus tekstur semu dan nyata
Barik semu juga sering di gunakan pelukis untuk memunculkan kesan pandangan melalui penampilan efek maya sifat permukaan Piktorial yang terjadi akibat susunan garis, paduan warna, atau nada gelap terang. Barik semu ini menjadi ciri khas utama lukisan "Trompe l'oeil", yaitu upaya tekhnis tipuan mata (fool the eye) melalui kesan volumetris efek tekstural
Para eksponen kriya kayu di masa awal perkembangan kriya modern Indonesia seperti Narno S. dan Gustami, juga banyak menggarap barik nyata sebagai kekuatan visual karya mereka. Dalam kerangka tertentu barik dapat di manfaatkan untuk :
- Meredam warna-warna cengkah atau komplementer
- Meredam permukaan mengkilat yang memiliki efek pantul merugikan
- Penekanan karakter
- Tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan maksud perupanya
🔷 WARNA (Colour)
Warna merupakan unsur rupa yang menampakan perbedaan kualitas wujud suatu raut bidang (planer shape) dengan bidang dasar (latar) atau dengan raut bidang lain yang ada di sekelilingnya
Istilah warna pada umumnya digunakan dalam pengertian yang luas meliputi warna spektral kromatik seperti merah, kuning, biru, dan warna campurannya serta warna netral akromatik seperti hitam, abu-abu dan putih. Oleh karena itu persoalan warna dalam Nirmana Dwimatra ini menyangkut pemahaman tentang kualitas atau karakter warna (Hue), nilai nada (Tone Value), maupun kualitas kepekatan warna (Kroma, Chroma, atau Intensitas)
🔸 Hue
Istilah "Hue" di pahami sebagai penunjuk kualitas atau karakter warna yaitu ciri-ciri yang membedakan tampilan sebuah warna kromatis dari warna-warna kromatis lainnya. Dengan demikian sebenarnya kata "Hue" itu sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan sebutan umum bagi kelompok warna kromatis misalnya warna merah, kuning, hijau dan seterusnya. Perbedaan antara merah dengan ungu (Violet) atau jingga (Orange) adalah perbedaan dalam Hue. Apabila jingga atau ungu itu dikatakan telah berubah kemerah-merahan maka jingga atau ungu itu dikatakan telah berubah Huenya, yang untuk selanjutnya disebut sebagai jingga merah dan merah ungu (lembayung) bukan jingga dan ungu lagi. Berdasarkan tingkatannya Hue ini dapat dipilah ke dalam beberapa kelompok :
- Hue Primer (Primary Hues)
- Hue Sekunder (Secondary Hues)
- Hue Antara (Intermediate Hues)
- Hue Tersier (Tertiary Hues)
- Hue Kuarterner (Quarternary Hues)
1. Hue Primer (Primary Hues)
Hue primer adalah warna-warna kromatis tertentu yang dijadikan sebagai medium warna asal dalam proses pencampuran warna. Pengolahan warna melalui proses pencampuran pigmen warna didasarkan pada tiga Hue primer yaitu merah, kuning dan biru. Masing-masing hue primer ini pun memiliki karakter atau kualitas visual yang berbeda-beda. Carmine Red, Vermillion Red, dan Indian Red walaupun termasuk kelompok warna merah, tetapi kualitas visualnya jelas berbeda. Demikian pula halnya dengan Ultramarine Blue, Prussian Blue, Egyptian Blue, Cobalt Blue dan Peacock Blue walaupun sama-sama biru tetapi kualitas visual masing-masing hue tersebut juga jauh berbeda
2. Hue Sekunder (Secondary Hues)
Hue sekunder atau warna kromatik kedua yaitu Hue yang terbentuk melalui pencampuran dua Hue primer. Jika hue primer merah dicampur dengan hue primer biru maka akan terbentuk hue sekunder ungu. Hue primer kuning di campur dengan hue primer biru maka akan terbentuk hue sekunder hijau. Sedangkan hue primer merah jika dicampur dengan hue primer kuning maka akan terbentuk hue jingga
( Baca Juga Pengertian Dan Contoh Aliran IMPRESIONISME )
3. Hue Antara (Intermediate Hues)
Hue antara atau warna kromatis antara, yaitu hue yang terbentuk melalui pencampuran hue primer dan hue sekunder. Jika hue primer merah dicampur dengan hue sekunder jingga maka akan terbentuk hue antara merah jingga. Jika hue primer kuning di campur dengan hue sekunder hijau maka akan terbentuk kuning hijau (Ijo pupus - dalam bahasa Jawa), demikian seterusnya jika sebuah hue primer dicampur dengan hue sekunder di sebelah kanan atau kirinya maka akan menyebabkan terbentuknya Hue Antara
4. Hue Tersier (Tertiary Hues)
Hue tersier atau warna kromatis ketiga yaitu hue yang terbentuk melalui pencampuran dua hue sekunder
Hue JH terbentuk melalui pencampuran Jingga dan Hjau atau oplosan { 1M + 4K + 1B }, HU terbentuk melalui pencampuran Hijau dan Ungu atau oplosan { 1K + 4B + 1M }, dan UJ terbentuk melalui pencampuran Ungu dan Jingga atau oplosan { 1B + 4M + 1K }
5. Hue Kuartener (Quartenary Hues)
Hue kuartener atau warna kromatis keempat yaitu hue yang terbentuk melalui pencampuran dua Hue Tersier
Demikian tingkatan hue yang lazim digunakan dalam bidang warna. Setiap pencampuran warna akan terbentuk warna-warna lainnya sehingga tingkatan kualitas hue selalu dapat di kembangkan terus menerus menjadi berjuta-juta warna
Untuk memperjelas pemahaman tentang tingkatan Hue di atas perhatikan lingkaran warna berikut :
Dari skema lingkaran Hue (warna kromatis) itu dapat diketahui
- Hue primer adalah Merah (M), Kuning (K), dan Biru (B)
- Hue sekunder adalah Jingga (J), Hijau (H), dan Ungu (U)
- Hue antara adalah Merah-Jingga (MJ), Jingga-Kuning (JK), Kuning-Hijau (KH),
Hijau-Biru (HB), Biru-Ungu (BU), dan Ungu-Merah (UM)
- Hue tersier adalah JH, HU, dan UJ
- Hue kuartener adalah UJJH, JHHU, dan HUUJ
Keterangan:
M = Merah J = Jingga JK = Jingga Kuning
K = Kuning H = Hijau KH = Kuning Hijau
B = Biru U = Ungu HB = Hijau Biru
🔸 Value
Kata Value atau lebih lengkapnya Tone Value (nilai nada) merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tingkatan kualitas kecerahan suatu Hue dalam perbandingannya dengan warna-warna akromatis Hitam Putih. Jadi value suatu warna adalah tingkatan gelap atau terangnya suatu warna
Perbedaan antara Kuning gelap (kuning tua) dengan kuning terang (kuning muda) adalah perbedaan dalam kualitas value. Dalam hal ini kuning tua merupakan Hue yang memilik value rendah, sedangkan kuning muda merupakan Hue yang bervalue tinggi. Demikian pula halnya dengan Hue merah jambu merupakan Hue yang bervalue tinggi, sedangkan Maroon (merah kehitaman) merupakan Hue bervalue rendah
Berkaian dengan kualitas kecerahan ini ahli warna Albert H. Munsell menyusun 11 tingkatan skala Value Netral. Skala value ini dimulai dengan hitam pada skala 0, abu-abu medium pada skala 5, dan putih pada angka skala 10. Diluar warna akromatik murni hitam dan putih terdapat 9 tingkatan warna abu-abu murni yaitu jajaran abu-abu yang terbentuk melalui pencampuran warna akromatik hitam dengan putih
Oleh Munsell jajaran abu-abu itu dikelompokan ke dalam tiga golongan value, yaitu 1.) angka skala 0 sampai dengan 3 dimasukan ke dalam kelompok value gelap, 2.) angka skala 4 sampai dengan 6 di masukan ke dalam value tengah, dan 3.) angka 7 sampai dengan 10 di masukan ke dalam kelompok value terang
Berkaitan dengan kajian tentang value ini Dr. Denmann Ross membagi 9 tingkatan kecerahan seluruh warna yang ada (baik warna kromatis maupun akromatis), dengan menempatkan warna putih (value tertinggi) di atas lingkaran warna kromatik tersebut dan warna hitam (value terendah) di bawah lingkaran warna kromatis itu. Pada tabel tingkatan value Dr. Denmann Ross ini dapat dilihat bahwa warna kromatis yang paling terang sekalipun tetap lebih rendah valuenya jika dibandingkan dengan warna putih akromatis, sedangkan warna kromatis yang paling gelap sekalipun tetap memiliki value yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan warna hitam akromatis. Perhatikan diagram berikut 👇👇
Keterangan :
W = White (Putih) warna yang paling terang
HL = Highlight, sangat terang (Hue Kuning {Y} menduduki peringkat ini)
L = Light, terang (Hue Jingga-Kuning {OY} dan Kuning-Hijau {YG})
LL = Low Light, agak terang (Ditempati Hue Jingga {O} dan Hijau {G})
M = Middle, tengah-tengah (Hue Merah-Jingga {RO} dan Hijau-Biru {GB})
HD = High Dark, agak gelap (Ditempati Hue Merah {R} dan Biru {B})
LD = Low Dark, cukup gelap (Hue Ungu-Merah {VR} dan Biru-Ungu {BV})
D = Dark, gelap ( Hue Ungu {V} menduduki peringkat ini)
B = Black, hitam (Warna paling gelap)
🔸 Kroma (Chroma)
Kroma atau sering pula disebut dengan Intensitas (Intensity) atau kepekatan (Saturation) merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut kualitas kepekatan Hue, kualitas kandungan isi atau tingkat kemurnian suatu Hue. Dalam hal ini kroma menunjukan derajad kemurnian atau kenisbian kandungan abu-abu netral pada suatu Hue
Jingga merupakan Hue yang berkroma kuat, sedangkan coklat adalah Hue yang berkroma lemah. Merah dan Hijau atau Kuning dan Ungu adalah warna-warna berkroma kuat, tetapi hasil campuran antara kedua warna itu tergolong Hue yang berkroma lemah. Jadi dalam hal ini perbandingan kuat-lemahnya kroma didasarkan atas tingkat Interval atau jarak yang diukur dari abu-abu netral (abu-abu yang terbentuk melalui pencampuran 2 warna kontras), yang pada "Color Sphere" Munsell berporos pada skala value
Kroma warna ini secara sederhana dapat di capai melalui pencampuran antara dua Hue komplementer (Hue yang berseberangan lurus dalam lingkaran warna). Pencampuran hue semacam ini akan menghasilkan jajaran warna yang saling menetralkan kecengkahannya. Warna pertengahan yang terbentuk melalui pencampuran dua hue kontras ini, disebut dengan warna abu-abu netral. Warna-warna yang berdekatan dengan warna abu-abu netral ini merupakan warna berkroma lemah, sedangkan warna yang berkroma kuat adalah warna-warna yang mendekati kesamaan atau kemiripan dengan hue murni, atau hue yang letaknya jauh dari abu-abu netral
Hue berkroma kuat adalah Hue murni yang terletak disisi terluar lingkaran warna, seperti Hue primer, Hue sekunder, dan jajaran Hue antara. Jika kita buat sebuah gradasi Hue melalui pencampuran dua Hue cengkah, maka Hue bentukan yang terletak di bagian tengah gradasi itu merupakan Hue yang paling lemah kromanya. Sedangkan kedua ujung jajaran gradasi tersebut justru yang berkroma kuat. Singkatnya warna-warna yang menjauhi Hue murni atau warna-warna yang mendekati Hue abu-abu netral akan melemah atau menurun Intensitasnya
Gambar berikut menunjukan skala kroma Munsell yang berisi suatu unit ukuran perubahan yang terjadi pada pencampuran Hue kuning (Y) dengan Hue biru-ungu (PB) dalam berbagai tingkatan value
Diagram kroma yang merupakan belahan Color Sphare Munsell ini di tandai dengan penomoran berturut dimulai dari poros abu-abu netral, menyamping ke sayap kiri dan kanan menuju tingkat Intensitas tertinggi suatu Hue murni dalam berbagai tingkatan value warna. Dalam contoh diagram tersebut Kuning menunjukan kualitas kroma terkuatnya pada tingkatan value 8, sedangkan di seberangnya biru-ungu mencapai Intensitas terkuatnya pada tingkat value 3. Jadi tingkatan Intensitas biru-ungu tertinggi pada skala kroma 12 value 3, sedangkan tingkatan Intensitas tertinggi kuning adalah pada skala kroma 10 value 8
Klasifikasi warna Hue, Value, dan Kroma ini dibagankan secara lebih sederhana oleh Munsell Color Company sebagaimana tampak pada gambar berikut bila bagan itu dapat dibaca sebagai kemungkinan garap kualitas warna maka dapat di bentuk jutaan karakter warna
🔵 UNSUR HUBUNGAN (Relational Element)
Unsur hubungan adalah unsur pengendalian yang terkait dengan penempatan atau pertautan antar raut atau antar raut dengan bidang komposisi. Unsur Hubungan ini dapat dipilah menjadi dua yaitu:
1. Unsur Hubungan yang terlihat (terasa jelas)
2. Unsur Hubungan harus dirasakan
1. Unsur Hubungan yang terlihat (terasa jelas) antara lain meliputi Arah (Direction) dan Kedudukan (Position)
🔷 Arah (Direction)
Sebuah raut secara intrinsik mempunya arah diri apakah Horizontal, Vertikal, Diagonal, Meliuk, Melingkar, atau Ikal
Secara visual arah raut sering ditentukan oleh hubungan raut dengan letak pengamat, raut lain di dekatnya dan bingkai yang mewadahinya
🔷 Kedudukan (Position)
Kedudukan raut ditentukan oleh hubungannya dengan bingkai (frame) dan struktur yang mengatur penempatannya, apakah di sudut kiri bawah, di pusat, di bagian atas, dan sebagainya
2. Unsur yang harus di rasakan antara lain meliputi Ruang (Space) dan Gaya Berat (Gravity)
🔷 Ruang (Space)
Hadirnya sebuah unsur konsep menjadi wujud terlihat akan tetap menempati suatu ruang (yang dalam nirmana Dwimatra adalah berupa bidang datar). Wujud terlihat itu jika diperhatikan akan memperlihatkan kesan keruangannya yaitu datar, timbul, ataukah melesak (mendekat atau menjauh). Yang perlu di perhatikan adalah bahwa ruang dalam Nirmana Dwimatra itu bersifat semu atau illusory. Kesan keruangan pada nirmana Dwimatra ini kecuali sangat di pengaruhi oleh efek perspektif raut juga dapat di tentukan melalui pemunculan barik dan warna
🔷 Gaya Berat (Gravity)
Kesan gaya berat sebenarnya terjadi bukan karena penglihatan melainkan karena pengaruh citra kejiwaan (Psychological Image) suatu raut, ukuran, barik, atau warna suatu bidang. Sehingga beberapa raut bidang akan memiliki kesan berat ataukah ringan, mantap (stabil) ataukah goyah
Gaya berat yang juga sering disebut pula inertia visual ini akan terasa lebih menonjol jika tampil dalam raut bidang geometrik atau organik tertentu
🔵 UNSUR PERANAN atau TUJUAN (Practical Element)
Unsur peranan merupakan unsur yang terkait dengan isi dan perluasan sebuah Nirmana atau Desain. Unsur peranan Nirmana ini antar lain meliputi penggambaran (Representation), makna (Meaning) dan kegunaan (Function)
🔷 Penggambaran (Representation)
Penggambaran yang dimaksud disini adalah unsur peranan Nirmana sebagai wahana pertimbangan gagasan cipta rupa pada saat seseorang menghadapi Objek alam, nyata atau citra. Dalam hal ini Nirmana dapat berperan dalam hal yang berkait dengan bagaimana objek itu ditempatkan dalam bidang gambar, bagaimana proporsinya, bagaimana yang di tonjolkan dan sebagainya
Peran Nirmana yang terkait dengan penggambaran ini dapat berbentuk seperti aslinya (Naturalistic), digayakan (Stylized) ataukah mujarad (Abstract)
🔷 Makna (Meaning)
Makna yang dimaksud disini adalah unsur peranan Nirmana sebagai wahana visualisasi pesan-pesan maknawi, baik yang bersifat simbolis, filosofis, atau religius. Maupun yang bertendensi politis, didaktis, atau reklamis melalui pertimbangan-perimbangan visual yang sesuai
🔷 Kegunaan (Function)
Kegunaan yang dimaksud disini adalah unsur peranan Nirmana sebagai salah satu proses ataupun produk visual yang memiliki kecenderungan sebagai pemenuh tuntutan kegunaan tertentu baik kegunaan yang murni fungsional ataukah pajangan. Nirmana atau Desain dasar dapat di gunakan sebagai wahana pengendalian masalah pemecahan visual yang berkait dengan penggambaran, pengungkapan makna dan tujuan kegunaan tertentu
Demikian penjelasan UNSUR-UNSUR Dasar NIRMANA Seni Rupa LENGKAP. Semoga Bermanfaat bagi Anda. Jika ada tambahan bisa di tambahkan di kolom komentar. Terima Kasih
──────────────────────────────────────────────────
( Baca Juga Pelukis Terkenal Indonesia AFFANDI )
nice info banget kak makasih sudah sharing
ReplyDeletestreaming rcti
"Selamat siang Bos 😃
ReplyDeleteMohon maaf mengganggu bos ,
apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)
Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365
terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"
Videos - YouTube
ReplyDeleteVideos youtube to mp4 - YouTube - VideoDigger.cc
Artikelnya bagus mas
ReplyDelete